12.29.2009

Ayo Tingkatkan Gerakan Penghijauan


Gerakan penghijauan harusnya tidak hanya dilakukan hanya selama hari-hari besar saja. Tapi dilakukan setiap saat dan terus menerus. Semakin maju bangsa Indonesia membangun seharusnya diimbangi dengan semakin mantapnya langka-langkah yang nyata untuk melestarikan sumber daya alam, lingkungan dan keanekaragaman hayati bangsa Indonbesia sendiri.

Karena sumber daya alam merupakan sumber daya umat manusia. Dan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh manusia, kita memang harus memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya alam akan tetap terjaga dan lestari bilaman kita juga menjaga lingkungan sekitar kita.

Memanfaatkan sumber daya alam yang baik juga harus dilakukan secara bijaksana. Demi kelangsungan dan kelastariaan sumber daya alam maka harus dicegah terjadinya kerusakan atau pencemaran lingkungan. DEngan begitu melaksanakan pembangunan harus selalu berwawasan lingkungan. Usaha memanfaatkan sumber daya alam harus diimbangi dengan usaha pelestariannya. Bila tidak maka kerugfian dan bencana alam akan muncul.

Contohnya, penebangan hutan yang tidak terkendali atau pengalihan kawasan hutan untk berbagai kepentingan, yang nantinya akan menimbulkan banjir. Ini sangat merugikan karena merusak rumah tinggal dan bangunan, areal persawahan dan tak ayal korban jiwa juga akan ada.

Banjir dalam jangka panjang dapat menyebabkan pendangkalan sungai. Padahal sungai merupakan sumber air, termasuk untuk daerah pertanian. Pengaruh lebih jauh sebagai akibat kerusakan hutan kita, maka dapt berpengaruh terhadap kehidupan umat manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa kawasan hutan tropis Indonesia merupakan kawasan kedua terbesar di dunia setelah hutan Amazon di Amerika Latin, merupakan paru-paru kehidupan bagi bangsa Indonesia dan seluruh umat manusia.

12.18.2009

Sampah Kita Dan Pertamanan Kota


Masalah sampah kota seringkali ingin diselesaikan cara mudah dengan membakarnya. Tanpa disadari, polutan yang timbul dari plastik dan bahan organik terbakar beresiko bagi menurunnya derajat kesehatan penduduk.

Konsep penanganan sampah - yang dikenal dengan 3 R ( Reuse, Reduce, Recycle) menjadi rumit manakala budaya masyarakat tidak siap memilah sampah berdasar jenis organik, an-organik logam- plastik- kaca. Upaya memasyaratkan pengomposan organik terkendala dengan bercampurnya aneka jenis sampah.

Jalan keluar dengan dibakar insinerator menjadi pilihan. Namun menurut pakar lingkungan tungku pembakaran dibawah 1000 derajat celcius tetap beresiko menghasilkan dioxin yang berbahaya bagi lingkungan. Maka jalan teraman, penanganan sampah secara berjenjang dan terdesentralisasi dimulai di level rumah - dengan memilah, kemudian menyediakan kontainer berdasar jenis, mendaur ulang jenis plastik- kertas- logam serta sisanya berupa sampah un-degradable dan sampah klinis dikelola di TPA.

Namun mengingat karakteristik sampah di Indonesia berbeda dengan sampah di negara-negara maju, yakni komposisi organik justru lebih besar hingga 70 % dibanding sampah di Singapura- yang misalnya hanya 6 %, maka proses dekomposisi sampah mutlak diperlukan.

Pengomposan sampah menjadi bahan organik kaya nutrisi bagi tanaman telah dipraktekan di banyak keluarga di Eropa. Mereka menggunakan komposter di halaman, menjadikan sampah kebun dan dapur sebagai bahan pengomposan- yang kemudian amat berguna dalam kegiatan pertamanan. Kini, cara itu dikenalkan di Indonesia dalam komposter sebagai media dekomposisi dan memanfaatkan konsorsium mikroba-bakteri dan jamur sebagai aktivator proses dekomposisi tersebut.

Maka, menggunakan komposter di rumah-rumah Indonesia menjadi amat relevan jika mengingat keperluan akan pupuk organik bagi penyuburan kebun pekarangan, menambah penghasilan keluarga dengan menghemat belanja akan bahan dapur serta sekaligus mengurangi beban TPA- yang makin bermasalah di banyak Kota di tanah air.

Jangan ambil resiko dengan membiarkan sampah menjadi sarang penyakit di rumah dan lingkungan, ganti tong sampah dengan komposter pada harga yang yang sama.

from: http://www.pertamanan.com/2008/10/sampah-part-03-masalah-sampah-di.html

12.07.2009

SAMPAH, MASALAH DAN SOLUSINYA

Lingkungan yang asri adalah idaman setiap orang. Lingkungan yang sehat adalah hak setiap insan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini rela tempat hidupnya dikotori (dicemari). Namun apa yang terjadi sekarang ini? Harapan untuk hidup sehat hanyalah harapan, jika tidak diimbangi dengan perilaku yang ramah lingkungan. Sampah ada dimana-mana, pencemaranpun tak terhindarkan. Baik pencemaran tanah, air maupun udara.

Sampah merupakan masalah yang tak akan ada habisnya, karena selama kehidupan ini masih ada maka sampah pasti akan selalu diproduksi. Produksi sampah sebanding dengan bertambahnya jumlah penduduk. Semakin bertambah banyak jumlah penduduk, semakin meningkatlah sampah akan diproduksi. Seperti yang pernah kita saksikan di televisi beberapa saat lalu, bagaimana kondisi teluk Jakarta saat ini? “Pulau Sampah” itulah sebutannya. Bahkan beberapa tahun yang lalu pernah terjadi meledaknya tumpukan sampah dari sebuah TPA yang membawa korban. Dan tergenangnya beberapa daerah akibat bertumpuknya sampah karena pembuangan sampah ke bantaran sungai yang disusul dengan datangnya musim penghujan saat ini. Sekarang bagaimana solusinya?

Di dalam sampah sebenarnya tersimpan banyak energi. Jika kita mau mengelola sampah dengan serius dan dengan cara yang baik dan benar maka sampah bukanlah masalah. Sampah bahkan dapat menghasilkan sesuatu yang dapat kita manfaatkan dan mendatangkan penghasilan(uang).

Menengok apa yang sudah dilakukan masyarakat Sukunan Jogjakarta, terbersit dalam benak penulis ingin melakukan sesuatu seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat Sukunan untuk kota Semarang tercinta ini khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya.

Mengelola sampah sebenarnya tidaklah sulit. Melalui suatu pembiasaan menjadi suatu kebiasaan dan budaya. Untuk menciptakan kebiasaan hidup bersih dan sehat memang harus kita awali sejak dini, dimana dari kebiasaan itu akan terciptalah budaya untuk hidup bersih dan sehat.

Bagaimana mengelola sampah untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat? Mulailah dengan membiasakan diri untuk membuang sampah dengan cara memilah-milah sampah sesuai jenisnya. Pisahkan sampah yang berupa plastik, kaca, kertas dan sampah basah pada tempat yang berbeda-beda, misalnya menggunakan beberapa tong sampah atau kita dapat memanfaatkan ember plastik besar bekas cat sebagai tempat sampah tersebut. Selain dapat berhemat secara tidak langsung kita juga ikut memperpanjang umur limbah plastik untuk tidak menjadi limbah dengan cara memenfaatkan kembali yang mestinya limbah tersebut sudah dibuang. Dengan tong-tong atau plastik bekas tersebut dapat kita mulai dengan mengelola sampah sesuai jenisnya sehingga sampah yang berupa plastik dan kertas dapat dijual atau minimal dimanfaatkan oleh pemulung untuk dijual pada pengepul yang nantinya dapat didaur ulang, sedangkan sampah organik basah yang berupa sisa sayur-sayuran dan sisa makanan dapat kita manfaatkan untuk dibuat pupuk kompos.

Untuk membuat kompos tidaklah sulit. Dengan cara yang sangat mudah dan biaya yang murah kita dapat mengubah sampah menjadi kompos yang nantinya dapat kita manfaatkan sebagai penyubur tanaman untuk menghijaukan rumah kita dengan cara yang ramah lingkungan. Bahkan jika pembuatan kompos ini kita kelola sedemikian rupa (secara komunal) baik sampah organik yang berasal dari rumah tangga ataupun sampah kota misalnya sampah daun-daunan dari sapuan jalan maka dapat juga mendatangkan penghasilan tambahan.

Tetapi pada kebanyakan orang cenderung memilih sesuatu secara praktis daripada harus repot – repot untuk membuat sendiri, lebih baik tinggal pakai dengan cara membeli kompos yang sudah jadi. Karena membeli jadi juga terhitung murah harganya.

Jika semua orang berpendapat demikian apa yang akan terjadi dengan lingkungan kita terutama di tempat pembuangan akhir(TPA) sampah? Berbagai jenis sampah baik yang degradable atau nondegradable akan tercampur jadi satu dan menimbulkan berbagai masalah seperti pencemaran ,baik pencemaran bau, tanah ataupun air. Jika sampah tersebut dibuang ke perairan atau ke bantaran sungai terjadilah apa yang dinamakan “ Pulau Sampah”, dan tak terelakkan bencana banjirpun datang dimana-mana. jika sampah ditimbun terutama sampah plastik dan kaca akan menyebabkan ketidak suburban tanah, dan jika sampah dibakar tentu akan menimbulkan polusi udara yang berarti kita akan ikut andil dalam peningkatan pemanasan global.

Membuang sampah dengan cara dibakar memang selesai tapi apakah masalah itu selesai begitu saja dalam lingkungan kita?

Siapa yang akan memikirkan kondisi lingkungan kita ini kalau bukan kita sendiri? Manusia ini diciptakan sebagai bagian dari lingkungan untuk mengelola lingkungan ini dengan sebaik-baiknya. Marilah kita mulai membiasakan diri untuk mengelola sampah dari rumah kita masing-masing dengan cara-cara sederhana yang dapat kita lakukan seperti yang sudah penulis tuliskan di atas. Mari kita sisihkan sedikit dari waktu luang kita untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk lingkungan kita. Sebab lingkungan ini diciptakan untuk dapat diambil manfaatnya untuk kesejahteraan hidup manusia dengan tidak lupa untuk tetap menjaga kelestariannya seperti instruksi Walikota Semarang tentang pelestarian lingkungan hidup dan pemeliharaan lahan konservasi tanah. Jadikan lingkungan hidup kita ini asri dengan memanfaatkan apa yang dihasilkan oleh alam untuk kembali ke alam dengan cara yang ramah lingkungan. Dan tentunya apa yang akan dilakukan oleh masyarakat melalui membaca tulisan ini atau mungkin sudah pernah dilakukan sebelumnya perlu mendapat respon dari pemerintah dalam penyediaan tempat pembuangan sampah sesuai jenis sampah yang dibuang sehingga sampah tidak tercampur kembali. Jika penyediaan tempat pembuangan sampah sesuai jenisnya ini tidak disediakan di tempat pembuangan sampah sementara(TPS) dan tempat pembuangan akhir(TPA), tentu masyarakat juga kebingunan untuk melakukan pembuangan sampah dengan memilah-milahnya terlebih dahulu karena merasa apa yang dilakukan dalam pemilahan mubazir, sementara para penjual jasa pembuang sampah ke tempat-tempat pembuangan sampah dan juga pembuangan yang dilakukan oleh petugas dari dinas kebersihan kota masih seperti sekarang ini dimana sampah masih tercampur antara sampah organik dan non organik yang mestinya sudah lumayan mengurangi pengangkutan sampah yang semula dengan volume yang cukup besar tetapi melalui pemilahan sebagian sampah sudah terolah pada skala rumah tangga jika secara komunal belum tertangani.

Karena masalah sampah ini merupakan masalah yang serius yang jika tidak segera ditangani tentu akan terus menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan tidak akan pernah ada habisnya. Untuk memulai sesuatu yang sudah biasanya dilakukan memang agak sulit tetapi kalau tidak segera kita mulai, kapan lagi dan tentunya sampah akan terus menjadi masalah. Namun sekali lagi masalah sampah ini tidak akan terpecahkan manakala tidak ada kerja sama yang baik antara manusia sebagai pribadi, masyarakat dan pemerintah. Semoga sedikit tulisan ini akan bermanfaat untuk pembaca dan kita dapat memberikan andil kita secara positif sebagai bagian dari lingkungan dan sampah tidak lagi sebagai masalah.

Artikel : http://mst.ft.ugm.ac.id

Sampah, Musuh atau Teman Lingkungan Kita?


Sampah sampai saat ini dianggap sebagai musuh lingkungan hidup dan menjadi permasalahan yang sulit untuk di atasi dari berbagai pihak mulai dari pemerintahan di suatu daerah sampai kepada pencinta lingkungan hidup dan sampai kepada ahli kesehatan menggap bahwa sampah adalah musuh yang harus di basmi.

Untuk mengatasi masalah sampah, ada upaya yang harus dilakukan yaitu mengubah anggapan bahwa sampah itu bukanlah musuh bagi masyarakat atau lingkungan akan tetapi sampah merupakan teman bagi kita.
sampah dilingkungan kita

sampah dilingkungan kita

Awal adanya sampah bermulai dari diri kita sendiri. Bungkusan jajanan yang kita makan tanpa di manfaatkan merupakan sampah, bekas bungkusan belanja atau barang-barang kebutuhan rumah tangga mulai dari plastik, kardus, tali, karet, dll. jika tidak dimanfaatkan dapat menimbulkan sampah.

Jika kita mau memanfaatkan apa saja tentu dapat bermanfaat; kertas bekas, karet bekas, ban bekas, kardus bekas, tas bekas, besi bekas, seng bekas, papan bekas, dll. Bahkan sisa makanan juga bermanfaat, contoh kecil layaknya amuba, bakteri sebagai mahkluk pemisah yang sengaja di ciptakan ALLAH berfungsi memisahkan sisa-sisa makanan yang sehingga tanah tetap menjadi subur, akhirnya tanaman PAK TANI tumbuh subur (PUPUK KOMPOS).

Jadi yang perlu bagi kita bahwa :

1. Jangan buang sampah di sembarang tempat
2. Minimalkan produksi sampah diri atau rumah tangga
3. Manfaatkan sampah yang ada di rumah tangga atau di lingkungan kita
4. Pisahkan antara sampah kering dengan sampah basah
5. Buang atau salurkan sampah yang dapat dimanfaatkan
6. Jadikan sampah sebagai sumber pemasukan atau amal dengan menjual kepada penampungan barang-barang sisa atau berikan kepada tukang pencari NASI BUSUK ATAU BOTOT (TUKANG BOTOT SIAP MENAMPUNG SAMPAH ANDA)

MANFAATKAN SAMPAH, JANGAN BIARKAN SAMPAH BERSERAKAN DI LINGKUNGAN KITA

……Kasihan sampah…..

Rumah yang bersih tanpa sampah bukanlah rumah yang hebat, jika sampah rumah kita tersebut kita buang di pinggir jalan atau di lingkungan orang lain. Akan tetapi rumah yang hebat adalah rumah tangga yang memanfaatkan sampah di rumahnya.

Dikutip dari: http://bloggersumut.net/pendidikan/sampah-musuh-atau-teman-lingkungan-kita